Postingan

Renungan

Setiap bayang tidak selalu cerminan realitas. Ia hanya tafsir, yang bisa menampakkan beribu kemungkinan. Ia tidak mutlak benar, juga belum tentu selalu salah. Maka berdebat tentang bayang hanya memperpanjang usia kebodohan. Pada saat demikian, bijaksana perlu bekerja, mendudukkan setiap bayang dengan penuh cinta dan kerendah-hatian, hingga masing-masing ia saling memahami secara paripurna.

Sajak-sajak Ungkapan Hati

Gadis di Bekas Pertokoan

Joyoism (3)

Antara Saya dan ‘Saya’

Tentang Dilan: Asmara, Kenakalan Remaja, dan Kenangan

Membaca Peluang Teroris Menggantikan ‘Peran’ Komunis di Indonesia (1)