Renungan

Setiap bayang tidak selalu cerminan realitas. Ia hanya tafsir, yang bisa menampakkan beribu kemungkinan. Ia tidak mutlak benar, juga belum tentu selalu salah. Maka berdebat tentang bayang hanya memperpanjang usia kebodohan. Pada saat demikian, bijaksana perlu bekerja, mendudukkan setiap bayang dengan penuh cinta dan kerendah-hatian, hingga masing-masing ia saling memahami secara paripurna.

Arek Suroboyo dengan Segudang Prestasi di Bidang Renang


Albert Christiadi Susanto

Ditolak Masuk Klub, Koleksi Puluhan Emas 
MENGENAL dunia renang dari latihan privat, Albert Christiadi Susanto melejit menjadi sosok yang membanggakan. Segudang prestasi ditorehkan guna mengharumkan nama bangsa. Tak hanya sukses sebagai atlet renang, pria kelahiran Surabaya, 24 Desember 1975 ini juga sukses ketika berkarier sebagai pelatih.
Albert, sapaan akrabnya, lahir di keluarga perenang. Kakak kembarnya, Felix C. Sutanto dan adik bungsunya, Hendri C. Sutanto juga menjadi perenang andalan bagi Indonesia. Putra dari pasangan Sanjaya dan Findawati ini mulai berlatih renang sejak berumur 8 tahun secara privat. “Saya mulai berkecimpung di dunia renang awal mulanya belajar dari pelatih privat, namanya Paulina,” ujar Albert.
Pelatih privatnya ini juga merupakan perenang andalan Jawa Timur, yang juga telah banyak menorehkan prestasi di tingkat nasional. Albert belajar secara privat selama kurang lebih dua tahun. Dalam dua tahun itu, Albert sudah menguasai empat gaya renang sehingga membuat Paulina menyarankan Albert untuk bergabung bersama klub.
“Pelatih mengatakan kepada orang tua saya kalau anaknya berbakat. Akhirnya saya disarankan bergabung ke klub,” jelasnya. Sebelumnya, saat Albert berusia delapan tahun ia sudah pernah mencoba untuk bergabung bersama klub renang, Hiu Surabaya. Namun, karena usianya dianggap telah melebihi batas, ia ditolak.
Setelah direkomendasikan oleh Paulina, akhirnya pada usia 10 tahun Albert bergabung bersama Hiu Surabaya. Dari situlah pengalamannya bertambah. Ia mulai meraih prestasi ketika mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 1989. Dengan usianya yang masih belia, kala itu ia mendapat medali perak.
Setelah itu, Albert tak pernah absen mengikuti PON hingga tahun 2004 dan selalu menyabet medali emas. Sebanyak 20 medali emas ia koleksi dari gelaran PON yang pernah diikuti.
Di tingkat internasional, sebanyak delapan gelaran Sea Games ia ikuti saat menjadi perenang, mulai tahun 1991 hingga tahun 2005. "Kalau Sea Games total medali yang saya peroleh ada 10 medali emas, 5 medali perak, dan 16 medali perunggu," urai Albert.
Pada tahun 1994, ayah empat anak ini finish di peringkat empat Asean Games. Selain itu, Albert sempat lolos dua kali Olimpiade pada tahun 2000 di Sidney, Australia dan pada tahun 2004 di Athena, Yunani. Dengan segudang prestasi, ia memutuskan pensiun dari perenang pada bulan September tahun 2007. Meski begitu, ia sama sekali tidak meninggalkan dunia renang. Pada Januari 2008 ia memulai karier pelatihnya langsung sebagai pelatih Timnas Indonesia Jr. "Saat itu saya diminta oleh Binpres PB PRSI, Pak Lukman Niode untuk melatih Timnas Junior," terang Albert.
Selama menjadi pelatih, ia juga melalang buana ke berbagai negara membawa nama Indonesia. Kendati demikian, ia tak mau jumawa. Albert mengaku masih terus belajar dari berbagai sumber. "Dari awal saya melatih, saya masih terus belajar. Karena sedikit banyak saya sudah menguasai ilmu secara atlet, sebagai pelatih sampai sekarang masih belajar," tandasnya.
Dalam pembelajarannya itu, Albert memanfaatkan sejumlah koneksi yang ia miliki. "Saya memanfaatkan koneksi saya di Cina, Australia, dll untuk belajar melatih," lanjutnya. Saat ini, bersama Timnas Indonesia yang ia tangani, Albert sedang fokus mempersiapkan anak asuhnya untuk turun dalam ajang Asean Games 2014.
Pelatih berusia 39 tahun ini masih memiliki banyak harapan bagi dunia renang Indonesia. Ia berharap pemerintah lebih memperhatikan insan renang yang telah mengharumkan nama bangsa. "Saya berharap pemerintah lebih menghargai kita sebagai pelatih. Kalau pelatih luar negeri ditunjuk melatih timnas gajinya bisa sampai 5000 dolar, tapi kalau pelatih lokal hanya 7,5 juta. Padahal prestasinya sama," keluhnya.
Sementara itu, untuk para atlet renang Indonesia ia menghimbau agar semakin giat berlatih supaya mampu menorehkan prestasi cemerlang. Albert menganggap, olahraga merupakan ajang yang bisa digunakan untuk mengharumkan nama bangsa. "Olahraga renang ini tidak susah untuk dipelajari. Kita bisa mengibarkan bendera merah putih di negeri orang. Jika atlet ingin menjadi pejuang bangsa, jadilah atlet yang baik, berlatih yang baik," pungkasnya.

Komentar