ini
hanya permainan sandiwara
ya,
permainan sandiwara,
yang
disutradarai oleh Sang Maha Sutradara
meski
hanya permainan,
bukan
berarti peran dan cara bermainnya boleh dimainkan alakadarnya
permainan
kecil bernama sepakbola,
pun
harus dilakukan dengan serius,
kiper,
stoper, playmaker, striker, sampai wasit dan suporter ambil peran,
tidak
sekadar main-main
apalagi
kehidupan,
permainan
yang dipelopori Sang Maha Sutradara
manusia,
malaikat, hewan, tumbuhan,
sudah
selayaknya serius ambil peran masing-masing
bahkan
malaikat bernama Kanzul Jannah,
saking
seriusnya, Ia ikhlas diperintahkan berperan sebagai Iblis
malaikat
paling senior, bendaharawan surga itu,
rela
dikecam semua umat manusia
Ia
menyiapkan kesabaran hingga tugasnya berakhir: kiamat
Iblis
tekun menggoda manusia-manusia,
sesuai
perannya sebagai densitas negatif
namun
pada suatu sore,
Iblis
kecewa
Ia
harus pensiun dini,
sebelum
tugasnya selesai sampai kiamat
kini
Iblis jadi pengangguran
Ia
bisa saja kembali sebagai Kanzul Jannah
namun
ia begitu taat peran
Iblis
tak perlu lagi menggoda manusia
tanpa
digoda pun manusia kini sudah bersikap layaknya Iblis
manusia
terlalu serakah hingga peran Iblis dirampok jua
ironisnya,
Iblis masih disalahkanm dihardik, dihujat!
"maafkan
dosaku ya Tuhan. Aku sudah tergoda rayuan Iblis"
Iblis
semakin kecewa dengan manusia
Iblis
harus menyiapkan cadangan kesabaran
Ia
bersabar saat Ia dilaporkan sebagai penyebab ulah bejat manusia
Ia
bersabar
namun
tetap kecewa
padahal
Iblis mengerti kalau Dirinya mengerti
itu
yang membuatnya protes saat Allah
menciptakan manusia
Ia
tahu bahwa manusia hanya bisa merusak,
dengan
segala keserakahannya
namun Ia menghormati keputusan-Nya
Iblis
ikhlas saat Allah menciptakan Adam
Ia
juga rela, saat Ia tahu kelak,
Allah
menjadikan Nur Muhammad sebagai anak turun Adam
tapi
Ia tetap kecewa
Iblis
bingung
kini
Ia tak punya peran
Iblis
juga tak berani meminta pekerjaan baru, sebelum Kiamat
Iblis
menagis tersedu-sedu
dan
manusia terus menyuruh Iblis sebagai penanggung dosa
Surabaya,
2 Agustus 2014
*Termuat di harian Malang Post edisi Minggu 3 Agustus 2014
Komentar