Renungan

Setiap bayang tidak selalu cerminan realitas. Ia hanya tafsir, yang bisa menampakkan beribu kemungkinan. Ia tidak mutlak benar, juga belum tentu selalu salah. Maka berdebat tentang bayang hanya memperpanjang usia kebodohan. Pada saat demikian, bijaksana perlu bekerja, mendudukkan setiap bayang dengan penuh cinta dan kerendah-hatian, hingga masing-masing ia saling memahami secara paripurna.

Joyoism (3)

       Sungguh kalian akan menyesal jika menertawakan Joyo, saat kalian baru mengenalnya sehari dua hari. Dia memang sangat humoris, namun sifatnya yang demikian bukan lantas menjadi legitimasi kalian untuk menjadikannya lelucon. Joyo termasuk orang yang sangat serius dalam bercanda, begitu juga sebaliknya – dia mampu menjadikan sebuah canda tawa sebagai metode menyampaikan hal yang sangat serius.

     Saya sangat tercengang dengan cara Joyo memberi ucapan selamat kepada temannya – atau siapapun – yang sedang berulang-tahun. Kebanyakan kalian yang telah lama mengenalnya pasti sudah tidak asing dengan kalimat ini: “Terima kasih sudah lahir di dunia.”


        Ya, kalimat itu selalu diucapkan kepada temannya yang berulang tahun. Ia tak pernah mengobral banyak basa-basi dan doa-doa atau mantra-mantra yang belum tentu dikabulkan Tuhan. Barangkali, baginya lebih penting memberi ucapan terima kasih dari pada bermacam-macam selamat. Sebab, menurutnya hidup di dunia adalah sebuah proses fana, proses bermain peran, atau sandiwara belaka, namun tetap membutuhkan keseriusan untuk menjalankan drama kehidupan tersebut.

       Tuhan menciptakan pemeran yang beragam untuk mengisi peran-peran kehidupan. Dalam menjalani hidupnya, Joyo merasa membutuhkan para pemeran tersebut yang tanpanya, ia tak mungkin hidup sebagai makhluk sosial. Karena perasaan membutuhkan itu, Joyo dengan penuh penghayatannya merasa perlu mengucapkan terima kasih.

Menurut saya, ucapan itu bukan sekadar ucapan. Melainkan, sehimpun kalimat yang lahir dari kandungan pikiran yang sangat luas dan dalam, sehingga ia memilih kalimat itu untuk diucapkan kepada siapa saja yang sedang berulang-tahun, karena orang-orang yang mendapat ucapan itu dipastikan, sedikit-banyak, terlibat dalam sebuah proses kehidupan bersama Joyo.

         Pada kesempatan lain, saya menemukan Joyo memberi ucapan lain, yang juga sangat bermakna, terlebih dengan kutipan sebuah ayat dari Kitab Suci, berikut selengkapnya:

Rabbul-masyriqaini wa rabbul-maghribain. MenungguMu menghidangkan senja. Mata pasti berhasrat tuk melahap keindahan itu, sementara jantung berusaha mencuri remah-remahnya. Fabiayyi ala irabbikuma tukazziban. Mata diperingatkan jantung tuk tidak terlalu kenyang, memuntahkan bulir air yang tahu kemana arahnya jatuh. Mendobarak bibir, menyetubuhi lidah yang korep. "Terima kasih telah mempertemukanku dengan manusia-manusia ini."

Lihatlah betapa kokohnya Joyo membangun megah kata demi kata. Sudah sangat jelas bahwa apapun yang dia lihat, dia alami, dan dia rasakan, selalu membuatnya takjub atas keagungan Tuhan. Konon, Joyo menyimpan banyak rahasia yang sering kali rahasia itu membuat dia menjadi sosok yang misterius. Akibat ke-misteriusan-nya itu, banyak yang menuding Joyo tukang gendam, dukun santet, alien, atau semacamnya. Bagi saya, Joyo adalah Joyo, yang tidak akan berubah menjadi selain Joyo, kecuali atas kehendak Tuhan.

Komentar