Renungan

Setiap bayang tidak selalu cerminan realitas. Ia hanya tafsir, yang bisa menampakkan beribu kemungkinan. Ia tidak mutlak benar, juga belum tentu selalu salah. Maka berdebat tentang bayang hanya memperpanjang usia kebodohan. Pada saat demikian, bijaksana perlu bekerja, mendudukkan setiap bayang dengan penuh cinta dan kerendah-hatian, hingga masing-masing ia saling memahami secara paripurna.

Iblis Kecewa*


ini hanya permainan sandiwara
ya, permainan sandiwara,
yang disutradarai oleh Sang Maha Sutradara
meski hanya permainan,
bukan berarti peran dan cara bermainnya boleh dimainkan alakadarnya

permainan kecil bernama sepakbola,
pun harus dilakukan dengan serius,
kiper, stoper, playmaker, striker, sampai wasit dan suporter ambil peran,
tidak sekadar main-main


apalagi kehidupan,
permainan yang dipelopori Sang Maha Sutradara
manusia, malaikat, hewan, tumbuhan,
sudah selayaknya serius ambil peran masing-masing
bahkan malaikat bernama Kanzul Jannah,
saking seriusnya, Ia ikhlas diperintahkan berperan sebagai Iblis

malaikat paling senior, bendaharawan surga itu,
rela dikecam semua umat manusia
Ia menyiapkan kesabaran hingga tugasnya berakhir: kiamat
Iblis tekun menggoda manusia-manusia,
sesuai perannya sebagai densitas negatif

namun pada suatu sore,
Iblis kecewa
Ia harus pensiun dini,
sebelum tugasnya selesai sampai kiamat
kini Iblis jadi pengangguran
Ia bisa saja kembali sebagai Kanzul Jannah
namun ia begitu taat peran

Iblis tak perlu lagi menggoda manusia
tanpa digoda pun manusia kini sudah bersikap layaknya Iblis
manusia terlalu serakah hingga peran Iblis dirampok jua
ironisnya, Iblis masih disalahkanm dihardik, dihujat!
"maafkan dosaku ya Tuhan. Aku sudah tergoda rayuan Iblis"

Iblis semakin kecewa dengan manusia
Iblis harus menyiapkan cadangan kesabaran
Ia bersabar saat Ia dilaporkan sebagai penyebab ulah bejat manusia
Ia bersabar
namun tetap kecewa
padahal Iblis mengerti kalau Dirinya mengerti
itu yang membuatnya protes saat Allah  menciptakan manusia
Ia tahu bahwa manusia hanya bisa merusak,
dengan segala keserakahannya

namun Ia menghormati keputusan-Nya
Iblis ikhlas saat Allah menciptakan Adam
Ia juga rela, saat Ia tahu kelak,
Allah menjadikan Nur Muhammad sebagai anak turun Adam

tapi Ia tetap kecewa
Iblis bingung
kini Ia tak punya peran
Iblis juga tak berani meminta pekerjaan baru, sebelum Kiamat
Iblis menagis tersedu-sedu
dan manusia terus menyuruh Iblis sebagai penanggung dosa

Surabaya, 2 Agustus 2014



*Termuat di harian Malang Post edisi Minggu 3 Agustus 2014

Komentar