Mochamad Rezha Aries Thojoyo namanya. Jika kamu berjumpa dengannya, seperti banyak orang lain, mungkin saat pertemuan pertama kau hanya menganggap dia orang tolol, cupu, autis, dan semacamnya. Apalagi, jika kamu seorang mahasiswa yang telah merasa pernah mengunyah berbagai teori dan pemikiran. Kamu pasti berpikir, Joyo - sapaan akrab Mochamad Rezha Aries Thojoyo- begitu awam terhadap apa-apa yang dipelajari di ranah perguruan tinggi.
Namun, seiring berjalannya waktu jika terus berinteraksi dengan Joyo, kau pasti menyesali persepsi awal pertemuan itu. Ajaklah bicara tentang filsafat, sebutlah nama Aristoteles, Socrates, atau siapapun yang pernah kau kenal dari buku-buku usang. Bicaralah tentang teologi, silogisme, psikologi, atau sosiologi, atau juga literasi dan cultural studies, kamu akan terkejut ketika Joyo menyebut nama-nama Emile Durkheim, Habermas, Ibnu Sina, Sitti Jenar, atau istilah-istilah macam serat centini, gatholoco, darmogandul, acta durna, spiral of silent, group think, konspirasi, imunisasi, hingga ejakulasi.
Atau kau ingin membicarakan sastra? kesenian? kebudayaan? Beri dia waktu 10 menit untuk menyusun naskah, niscaya sejurus kemudian dia bisa saja langsung berteater di hadapanmu. Jika kau merendahkan selera Joyo dalam bermusik, pinjami dia alat musik, jangan heran ketika tiada satupun alat musik yang tidak ia kuasai. Persiapkan mentalmu untuk mau tak mau mengakui dan kagum atas kemampuannya. Aku sarankan jangan pula kau coba menghitung berapa wanita yang jatuh hati-kemudian merasa tersakiti- setelah membaca sejumlah sajak karyanya.
Jika kamu seorang aktivis, sebaiknya jangan sok menjadi garda terdepan pembela rakyat di hadapnya. Joyo -yang punya kumis tipis ini- sudah lebih dulu tergabung dengan organisasi pergerakan dibanding kamu yang (mungkin) baru belajar menentukan arah gerak. Ia sudah khatam materi mulai pola pergerakan, pola kaderisasi, mobilisasi massa, dan semacamnya dari A sampai Z(meski pada akhirnya ia perlahan memilih menghindar dari lingkaran 'pergerakan' itu).
Aku sarankan kamu juga jangan pamer skill kejurnalistikan(apalagi jika kamu cuma jurnalis mahasiswa). Joyo -temanku yang boleh dibilang jarang mandi ini- pernah menimba ilmu di lembaga pers mahasiswa, dan jika dibandingkan saya, dia jauh lebih dulu terjun berkaier di pers profesional.
Wajahnya yang polos memang sering kali menipu banyak orang. Begitulah hobby Joyo. Dia memainkan drama sepanjang hidupnya. Ia lihai memunculkan bermacam-macam karakter pada kesehariannya.
Bersambung ke sini
![]() |
Joyo menikmati secangkir kopi pahit |
Namun, seiring berjalannya waktu jika terus berinteraksi dengan Joyo, kau pasti menyesali persepsi awal pertemuan itu. Ajaklah bicara tentang filsafat, sebutlah nama Aristoteles, Socrates, atau siapapun yang pernah kau kenal dari buku-buku usang. Bicaralah tentang teologi, silogisme, psikologi, atau sosiologi, atau juga literasi dan cultural studies, kamu akan terkejut ketika Joyo menyebut nama-nama Emile Durkheim, Habermas, Ibnu Sina, Sitti Jenar, atau istilah-istilah macam serat centini, gatholoco, darmogandul, acta durna, spiral of silent, group think, konspirasi, imunisasi, hingga ejakulasi.
Atau kau ingin membicarakan sastra? kesenian? kebudayaan? Beri dia waktu 10 menit untuk menyusun naskah, niscaya sejurus kemudian dia bisa saja langsung berteater di hadapanmu. Jika kau merendahkan selera Joyo dalam bermusik, pinjami dia alat musik, jangan heran ketika tiada satupun alat musik yang tidak ia kuasai. Persiapkan mentalmu untuk mau tak mau mengakui dan kagum atas kemampuannya. Aku sarankan jangan pula kau coba menghitung berapa wanita yang jatuh hati
![]() |
Joyo mengambil karakter lain |
Jika kamu seorang aktivis, sebaiknya jangan sok menjadi garda terdepan pembela rakyat di hadapnya. Joyo -yang punya kumis tipis ini- sudah lebih dulu tergabung dengan organisasi pergerakan dibanding kamu yang (mungkin) baru belajar menentukan arah gerak. Ia sudah khatam materi mulai pola pergerakan, pola kaderisasi, mobilisasi massa, dan semacamnya dari A sampai Z
Aku sarankan kamu juga jangan pamer skill kejurnalistikan
Wajahnya yang polos memang sering kali menipu banyak orang. Begitulah hobby Joyo. Dia memainkan drama sepanjang hidupnya. Ia lihai memunculkan bermacam-macam karakter pada kesehariannya.
Bersambung ke sini
Komentar