Renungan

Setiap bayang tidak selalu cerminan realitas. Ia hanya tafsir, yang bisa menampakkan beribu kemungkinan. Ia tidak mutlak benar, juga belum tentu selalu salah. Maka berdebat tentang bayang hanya memperpanjang usia kebodohan. Pada saat demikian, bijaksana perlu bekerja, mendudukkan setiap bayang dengan penuh cinta dan kerendah-hatian, hingga masing-masing ia saling memahami secara paripurna.

Protes Si Perut


Tiap hari engkau mencuri
Tiap ada kesempatan kau korupsi
Semua kau lakukan atas nama aku
Kau bilang untuk memperjuangkanku

Bahkan institusi yang menangkapmu
Media yang memberitakanmu
Semua menuduhku
Mengecam habis diriku

Kalian semua menyalahkanku
Menganggap aku biang keladi ulahmu
Dengan sedikit keahlian mengolah kata
Kalian ciptakan frasa hingga buatku gila



Budak Perut, begitulah mereka menyebutmu
Padahal aku tak pernah memperbudakmu
Kau sendiri yang mengarang istilah itu
Seolah semua dosa mu karena aku

Mengapa engkau mencuri dengan alasan perut?
Padahal aku tak banyak menuntut
Juga tak pernah meminta hal yang semrawut

Mengapa kau menjadi koruptor?
Padahal aku bukan diktator
Tak pernah memaksamu berbuat kotor

Mengapa kau selalu membuatku tertampar?
Padahal di hadapanmu banyak makanan terhampar
Sedangkan aku tak menyuruhmu makan kecuali lapar

Mengapa aku selalu kau salahkan?
Sementara aku memintamu berhentilah makan!
Bahkan aku tak mewajibkanmu untuk membuatku kenyang!

Aku tak pernah memfatwakan
Untuk mengisi ruang kosongku dengan pizza
Aku tak mempermasalahkan
Jika hanya kau isi dengan ketela

Lalu, teori apa yang bisa kau utarakan?
Untuk sekedar menjelaskan asumsimu atas apa yang kau tuduhkan

Muhammad Choirul A.
24 September 2013

Komentar