Renungan

Setiap bayang tidak selalu cerminan realitas. Ia hanya tafsir, yang bisa menampakkan beribu kemungkinan. Ia tidak mutlak benar, juga belum tentu selalu salah. Maka berdebat tentang bayang hanya memperpanjang usia kebodohan. Pada saat demikian, bijaksana perlu bekerja, mendudukkan setiap bayang dengan penuh cinta dan kerendah-hatian, hingga masing-masing ia saling memahami secara paripurna.

Mereka Lebih Beruntung


Kusapa batu mereka tersenyum senang
Salah satu di antaranya bahkan tertawa riang
Membalas sebuah canda yang kulepaskan
Di sini mereka masih benar-benar menjadi bagian alam

Batu-batu ini bahagia dengan makhluk sekitarnya
Air menari di kanan-kiri mereka
Pohon-pohon kokoh menghiasi pandangan mata
Menjalankan aktivitas sesuai kodrat Sang Pencipta


Saat kutanya, air mencurahkan kerisauannya
Batu-batu ikut mengadvokasinya
Mereka melaporkan kelakuan manusia
Di tempat lain, terhadap sesama mereka

Air yang mengalir di tempat lain
Di suatu lokasi dimana penduduknya suka mengumbar kelamin
Air dan batu mengadakan sidang musyawarah
Membahas sungai-sungai yang tinggal jadi tempat sampah

Air dan batu di tempat ini sedih
Mereka khawatir akan hari depan yang tertatih
Ketika sungai tak lagi jernih
Saat gumpalan tanah tiada sempat merintih

Detik berganti menit
Menit demi menit
Tanpa terasa gunungan limbah terus memuncak
Warna merah pada pembalut dan kondom bekas pun tertinggal bercak

Alam kehilangan sahabat
Barang kali Sang Kala sedang mempercepat kiamat

Bedengan, Maret 2014

Komentar