Renungan

Setiap bayang tidak selalu cerminan realitas. Ia hanya tafsir, yang bisa menampakkan beribu kemungkinan. Ia tidak mutlak benar, juga belum tentu selalu salah. Maka berdebat tentang bayang hanya memperpanjang usia kebodohan. Pada saat demikian, bijaksana perlu bekerja, mendudukkan setiap bayang dengan penuh cinta dan kerendah-hatian, hingga masing-masing ia saling memahami secara paripurna.

Terima Kasih, Untukmu


Tiada yang lebih ikhlas dari ucapan terima kasih, ucapan yang sudah seyogianya terlantun untukmu. Terima kasih untukmu, yang telah mengingatkanku pada dosa-dosa masa lalu. Terima kasih untukmu, atas rasa gelisah yang tercipta saat kau ucap beberapa kata. Terima kasih untukmu, yang membuat nanar hatiku, tanpa menimbulkan kebencian. Terima kasih untukmu, yang lagi-lagi menjerumuskanku dalam curamnya penyesalan. Terimakasih untukmu, yang mengajarkan betapa pentingnya kesabaran. Terima kasih untukmu, atas ketidakpedulianmu yang membuat aku bebas memendam rasa, tanpa membuatmu risih atau jengkel. Terima kasih untukmu, atas masa lalu, yang menyisihkan harapan utopis masa depan.
Malang, 10 April 2015

Komentar