Renungan

Setiap bayang tidak selalu cerminan realitas. Ia hanya tafsir, yang bisa menampakkan beribu kemungkinan. Ia tidak mutlak benar, juga belum tentu selalu salah. Maka berdebat tentang bayang hanya memperpanjang usia kebodohan. Pada saat demikian, bijaksana perlu bekerja, mendudukkan setiap bayang dengan penuh cinta dan kerendah-hatian, hingga masing-masing ia saling memahami secara paripurna.

Perihal Kau

Kau yang hingga kini tak berhasil kupelajari, enyahlah dari ruang yang selama ini kaukuasai. Woy, dengarlah lirihnya kebencian yang terus tumbuh perlahan namun pasti. Baik, jika kau tiada juga sadari, biar aku selesaikan dengan caraku sendiri. Ketahuilah, masam senyummu dan ketus rautmu sungguh lebih dari cukup untuk sekadar menjelaskan betapa pongahnya rasa yang terus coba kaupungkiri. Balutan kemunafikan makin tergambar pada tiap lembar catatan yang kausebut kehidupan. Duh, kenapa pula Tuhan menjadikanmu pemenang di antara jutaan sel sperma yang menggagahi satu sel telur, jika janin yang terproses hanya melahirkan makhluk baru semacam kau.

Komentar